Pendidikan
dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang suatu ilmu. Pendidikan
juga mempermudah seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Dalam
pelaksanaannya pendidikan bermula dari seorang pendidik yang mampu menjadikan
suasana pendidikan komunikatif dan menyenangkan.sehingga proses pembelajaranpun
dapat berjalan dengan lancar dan dapat hasil yang memuaskan. Al-Qur`an adalah
kalamullah sebagai pedoman hidup manusia. Untuk dapat memahami ajarannya yaitu
dengan cara dibaca, ditulis, dihafalkan, dipahami maknanya, dan dilaksanakan
isinya.
Al-Qur`an
diberi pengertian sebagai kalam Allah SWT yang
diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui perantara
Malaikat Jibril, yang merupakan mukjizat, yang diriwayatkan secara mutawatir
yang ditulis di mushaf dan
membacanya dinilai ibadah. [1] Dalam
surat Al-Isra`ayat 106 telah
diterangkan proses turunnya Al-Qur`an
وَقُرۡءَانٗا
فَرَقۡنَٰهُ لِتَقۡرَأَهُۥ عَلَى ٱلنَّاسِ عَلَىٰ مُكۡثٖ وَنَزَّلۡنَٰهُ تَنزِيلٗا
١٠٦
“Dan Al-Quran itu
telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”.[2]
Dan Allah
datangkan kepada manusia Al-Qur`an, yang Allah pisah- pisahkan, yakni Allah
menurunkan Al-Qur`an itu secara terpisah-pisah dan berangsur-angsur pada malam
lailatul Qadar di bulan Ramadhan selama 23 tahun, Sesuai dengan
kejadian-kejadian yang berkaitan dengan turunnya masing-masing ayat.
Adapun
maksud diturunkannya Al-Qur`an secara berangsur-angsur, bagian demi
bagian adalah agar
nabi Muhammad bisa
membaca dan
mengajarkannya
pada umat manusia dengan perlahan dan hati-hati sehingga mudah untuk
menghayatinya. Dengan demikian lebih membantu pemahaman maknanya.[3]
Mempelajari
Al-Qur’an bagi setiap umat Islam merupakan suatu kewajiban. Langkah pertama
untuk mempelajari Al-Qur’an adalah belajar membaca. Karena seseorang yang dapat
membaca tulisan maka langkah selanjutnya seseorang dapat menulis, dan dengan
membaca orang hafal dengan abjad huruf-huruf dasar. Membaca Al-Qur`an tidak
lepas dari istilah Murotal (membaca dengan
irama atau lagu).[4] Karena
menyangkut dengan
kecintaan
dan penjiwaan bagi orang yang mentadabur Al-Qur`an dan juga merupakan sunnah
Nabi, sebagaimana sabda beliau:
زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ
Rasulullah SAW bersabda : “Hiasilah Al-Qur`an kalian dengan suara kalian.”
(HR. Abu Dawud)[5]
Pada saat
sekarang ini masih banyak metode membaca
Al-Qur`an yang cenderung konvensional, yaitu dengan nada lurus sehingga
terkesan monoton yang berdampak pembelajaran kurang dapat diminati oleh siswa
sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Mempelajari Al-Qur`an termasuk
cara membacanya dengan baik dan benar tidaklah mudah seperti halnya membalik
tangan. Selain harus mengenal huru-huruf hijaiyah tentu juga dibutuhkan keterampilan sendiri
agar dapat membaca Al-Qur`an secara tartil. Tartil artinya membaca Al-Qur`an
dengan perlahan lahan dan tidak terburu-buru dengan bacaan baik dan benar
sesuai dengan makhraj dan sifat-sifatnya
sebagaimana di jelaskan dalam ilmu tajwid.[6]
Dari kata tartil inilah lahir istilah murotal yaitu pembacaan Al-Qur`an secara
baik, benar dan lancar dengan irama standar.
Dasar
membaca dalam Al-Qur`an sudah diterangkan bahwasannya membaca adalah langkah
untuk memahami sesuatu.
ٱقۡرَأۡ
بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ
مِنۡ عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ
٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ
مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
mulia, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalamDia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.”[7]
(Q.S.Al-`Alaq: 1-5)[8]
Ayat di
atas megungkapkan bahwasannya membaca adalah suatu langkah awal di mana
seseorang mendapat ilmu pengetahuan dari pembacaan kemudian timbullah pemahaman
sehingga terciptalah suatu ilmu pengetahuan. Belajar adalah salah satu upaya
membentuk peradaban yang dicita-citakan oleh masyarakat muslim, maka pemahaman
terhadap Al-Qur`an harus ditingkatkan agar tidak terjadi kesalahan dalam
menangkap pesan yang terkandung di dalamnya.
Sebutan
bacaan yang baik memiliki banyak aspek, selain etika dalam membaca Al-Qur`an,
kata baik juga menyangkut sikap terhadap Al-Qur`an. Dalam membaca Al-Qur`an
seorang muslim taksekedar memenuhi persyaratan seperti suci badan, pakaian dan
tempat, akan tetapi juga menyucikan hati dan perasaan, agar saat membaca
Al-Qur`an yang muncul di hati adalah perasaan cinta dan penuh kerinduan kepada
sang pemilik Al- Qur`an.Pada dasarnya Al-Qur`an itu mudah dipelajari, tidak
susah dan tidak berat, dengan syarat ada kemauan, keseriusan dan kesungguhan
dalam mempelajarinya. Hal tersebut ditegaskan dalam surat Al-Qamar Ayat 17
وَلَقَدۡ
يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٖ ١٧
“Dan sesungguhnya kami telah
mempermudah Al-Qur`an untuk menjadi pelajaran, maka adakah yang mengambil
pelajaran?”[9]
Allah SWT
mempermudah pemahaman Al-Qur`an antara lain dengan cara menurunkan sedikit demi
sedikit, mengulang-ulangi uraiannya, memberikan serangkaian contoh dan
perumpamaan menyangkut hal-hal yang Abstrak dengan sesuatu yang kasat indrawi
melalui pemilihan bahasa yang paling kaya kosa katanya serta mudah di ucapkan
dan dipahami, terasa indah oleh kalbu
yang mendengarnya, lagi sesuai dengan nalar fitrah manusia agar tidak timbul
kerancuan dalam memahami pesannya.[10]
Hal tersebut dapat diartikan bahwa membaca adalah suatu tindakan yang
dapat menghasilkan sutu pemahaman dari
suatu ilmu. Meskipun hal tersebut termasuk hal yang
kasat di
pandang mata atau abstrak. Banyaknya lembaga pendidikan yang mendidik dalam
belajar Al- Qur`an, maka lembaga pendidikan (sekolah) yang bercirikan agama
(Islam) tanggung jawabnya lebih besar. Selain anak didik harus cakap dalam ilmu
pengetahuan umum juga harus cakap ilmu agama pula. Seperti anak yang yang bersekolah di madrasah Ibtidaiyah (MI)
dan yang di Sekolah Dasar (SD), masyarakat memandang bahwa idealnya anak yang
bersekolah di MI lebih bisa membaca
huruf Arab dibanding anak SD. Karena di Madrasah Ibtidaiyah lebih banyak
mempelajari ilmu Agama Islam. Pandangan seperti itu sudah menjadi satu beban
bagi sekolah karena secara tidak langsung berarti anak yang sekolah di Madrasah
Ibtidaiyah harus bisa membaca huruf Arab semua.
Seiring
berkembangnya zaman maka banyak metode-metode yang diciptakan untuk menunjang
keberhasilan peserta didik dalam membaca Al-Qur`an dengan ciri-ciri tertentu
demi mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.
Lagu
adalah karya sastra yang merupkan simbol dari ekspresi jiwa, perasaan, ide
maupun gagasan yang mempunyai peranan penting bagi pendengarnya sebagai pemahaman,
cara berhubungan, maupun cara penciptaan.Sebagian besar anak kecil cenderung
untuk menyukai lagu-lagu (nyanyian) dan suara yang merdu, terutama jika
menggunakan kata-kata yang mudah dihafal. Lagu-lagu (nyanyian) tersebut dapat
diperoleh secara lisan dan melalui kaset. Adapun tema dari lagu-lagu tersebut
adalah tema-tema yang dapat membantu dan memudahkan peserta didik dalam
memperoleh pengetahuan. Seperti kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur`an
seperti kisah- kisah tentang binatang dan para nabi, perbuatan-perbuatan yang baik
seperti jujur, membaca Al-Qur`an dan ketulusan.[11]
Pada
penelitian ini, penulis mengangkat satu metode yang telah berkembang pada abad
ini, yaitu metode Tilawati. Metode Tilawati
merupakan metode balajar membaca Al-Qur`an yang menggunakan nada-nada
tilawah dengan pendekatan yang seimbang antara pembiasaan melalui klasikal
dan kebenaran membaca
melalui individual dengan
tehnik baca simak,[12] sehingga dalam pembelajaran peserta didik dapat tuntas
dan khatamdalam membaca Al-Qur`an.
Dengan penerapan lagu dalam bacaan Al-Qur`an siswa akan lebih senang dalam
proses pembelajaran dan gemar membaca Al- Qur`an sehingga berdampak pada hasil
belajar siswa.
Dalam
pembahasan ini, penulis akan memaparkan lebih lanjut tentang metode tilawati
sebagai alternatif pilihan dalam rangka untuk dapat membaca Al-Qur`an dengan
pemilihan lokasi di Madrasah Ibtidaiyah Senet Selo Tahun Pelajaran 2015/2016.
[1] Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, Dan
Mencintai Al-Qur`An, (Jakarta,
Gema Insani, 2005), cet.11, hlm.15.
[2] Al
Qur;an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Tahun 1999, Hal 460
[3] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi ,juz XV,(Semarang:
P.T. Karya Thoha Putra, 1993), hlm.213
[4] M. Dzikron, Muri Q, hlm.5
[6] Abdul Majid Khon, Praktikum
Qiraat Keanehan Bacaan Al-Qur`An Qiraat Ashim Dari Hafash,(Jakarta : sinar
grafika offset, 2008), cet.1, hlm.44
[7] Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, Al-Qur`an Terjemah Bahasa Indonesia,
(Kudus, Menara Kudus, 2006), hlm.597.
[8] Ibid Hal 350
[9] Ibid Hal 230
[11] Syaikh Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak, (Jakarta Arroya)
hlm.144.
0 comments:
Post a Comment