Facebook Twitter RSS Feed
Powered by Blogger.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MERONCE MENGGUNAKAN MANIK-MANIK KELOMPOK A DI KELOMPOK BERMAIN NURUL ILMI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
MELALUI KEGIATAN MERONCE MENGGUNAKAN MANIK-MANIK
KELOMPOK A DI KELOMPOK BERMAIN NURUL ILMI KECAMATAN SELO
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan meronce pada anak Kelompok Bermain Nurul Ilmi.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Subjek penelitian ini yaitu anak Kelompok Bermain Nurul Ilmi, sejumlah 16 anak. Objek penelitian adalah kemampuan motorik halus. Pengumpulan data akan dilakukan melalui observasi dan dokumentasi. Data penelitian dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan meronce yang dilakukan dengan meronce menggunakan manik-manik berukuran besar, sedang, kecil dan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Peningkatan dapat dilihat pada hasil penelitian. Pada kondisi awal kriteria sangat kurang sejumlah 10 anak (67.5%), dan baik sejumlah 6 anak (32.5%). Setelah dilakukan tindakan pada siklus II hasilnya pada kemampuan motorik halus melalui kegiatan meronce mengalami peningkatan yang dapat diilihat yaitu untuk kriteria sangat kurang sejumlah 3 anak (17.5%), baik sejumlah 82.5 % Anak. Penelitian ini dihentikan sampai siklus II karena sudah memenuhi kriteria indikator keberhasilan.


Kata kunci : kemampuan motorik halus, kegiatan meronce

========================================
silahkan baca lebih lanjut di : DISINI

CONTOH TUGAS KARIL UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA ANAK MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN POHON ANGKA DI TK

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA
ANAK MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN POHON ANGKA
DI TK 

 ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengembangkan kemampuan kognitif anak dengan menggunakan pohon angka. Kecenderungan anak akan merasa bosan dan tidak tertarik dengan pembelajaran yang dilakuakan disekolah, sehingga peneliti ingin anak-anak di sekolah mempunyai minat dan keinginan untuk belajar membilang atau menghitung dengan menggunakan pohon angka melalui UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA ANAK MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN POHON ANGKA DI TK KARTIKA II SUKORAME MUSUK BOYOLALI. TAHUN PELAJARAN 2016/2017.
 Peneliti berharap semoga dengan adanya konsep pohon angka, kemampuan kognitif anak berkembang dan meningkat, karna mungkin saat ini hanya 20persen saja. Jauh dari yang diharapkan yaitu 75persen selaku guru kelas A, peneliti mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan selalu berkonsultasi dengan teman sejawat.
 Penelitian menggunakan metode pohon angka ternyata berhasil, keberhasilan ini mencapai 90 persen pada siklus II. Dimana pada pra siklus cuma 20 persen , pasca siklus I 75 persen dalam keberhasilan ini tentunya didukung dan dipengaruhi oleh media pembelajaran yang bervariasi dalam tiap pertemuan. Dengan pohon angka anak-anak dapat terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sehingga anak akan mengingatnya.
Kesimpulannya melalui media pembelajaran pohon angka dapat mengembangkan kognitif anak pada kelompok A di TK KARTIKA II SUKORAME, MUSUK, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2016/2017.
Kata Kunci : Kognitif, Pohon Angka, Berhitung
==============================================================
untuk membaca lebih lengkap bisa diakses di

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH

Pendidikan pada hakekatnya adalah kesadaran untuk mengembangkan kepribadian dan ketrampilan dan kemampuan yang berlangsung seumur hidup yang dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.Tujuan pendidikan ialah perubahan  yang diharapkan pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan yang baik pada kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya di mana individu itu hidup[1].Pendidikan   Islam   adalah   tindakan   yang  dilakukan  secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil)[2].
Keluarga merupakan suatu bentuk masyarakat terkecil yang mendasar dalam pendidikan anak. Dari dalam keluarga tersebut anak memperoleh pendidikan, bahkan perilaku orang tua ketika anak masih dalam kandungan juga akan membawa pengaruh terhadap kepribadian anak.  Semua perilaku orang tua yang dilihat dan didengar oleh anak merupakan pengalaman atau pendidikan bagi anak tersebut. Anak sebagai dambaan orang tua merupakan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan dari orang tuanya untuk mengembangkan kemampuan dasar atau fitrah yang akan berguna bagi kelangsungan hidupnya.Disamping  orang tua bertanggungjawab       terhadap pendidikan anak, orang tua juga bertanggung jawab dalam memelihara keselamatan kehidupan keluarganya. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat At Tahrim ayat 6 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ ٦
Artinya :
 “Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan- Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.[3]

Orang  tua  sebagai  pendidik  dalam  lingkungan  keluarga    untuk mendidik anak-anaknya, agar anak-anaknya dapat lebih minat dalam belajar di sekolah, orang tua harus dapat memperhatikan dan dapat memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani anak. Kunci utama dalam mengarahkan kebutuhan pendidikan anak terletak pada orang tua. Maka dari itu orang tua harus selalu memperhatikan dan memberikan bimbingan yang baik dan menciptakan suasana lingkungan keluarga yang harmonis agar anak merasa tenang dan nyaman sehingga anak mampu mengembangkan potensinya[4].
Orang tua mempunyai kedudukan yang penting di hadapan anak mereka karena orang tua merupakan orang yang pertama dan utama yang dikenal anak dalam mendidik dan memberikan perhatian belajar kepada anak. Kemampuan orang tua dalam memahami anak dan memberikan perhatian atau bimbingan sangat dibutuhkan, karena dengan perhatian dan bimbingan  tersebut  anak  akan  merasa  tenang  dan  nyaman  dan   lebih bersemangat dalam belajar. Dengan demikian minat belajar anak di sekolah akan lebih meningkat.
Sehubungan dengan adanya fenomena yang terjadi dikalangan Siswa-Siswi Madrasah Ibtidaiyah Senet Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2015/2016 Secara umu penulis melihat lingkungan orang tua masih banyak dalam menuntut ekonomi keluarga akhirnya orang tua terlalu sibuk dalam bekerja, secara umum penulis melihat anak menjadi kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari ibunya. Dalam proses pembelajaran di sekolah ada sebagian anak yang kurang sungguh-sunggguh atau kurang minat dalam belajar, dia sering terlambat, tidak aktif mengikuti pelajaran.
Sehubungan dengan adanya fenomena yang terjadi dikalangan Siswa-Siswi Madrasah Ibtidaiyah Senet Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2015/2016 penulis kemudian tertarik untuk meneliti Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Minat Belajar Siswa Madrasah Ibtidaiyah Senet Selo Tahun Pelajaran 2015/2016.




[1] Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Aditya Media, Yogyakarta 1992) hlm 59

[2] Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan,hm16
[3] Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan terjemahanya,( Jakarta2002) hlm 448
[4] Syah, Muhibbin, Psikologi pendidikan dgn pendekatan baru (Remaja Rosda arya, Bandung 2003). hlm 247

==================================
Untuk download  Full Skripsinya Bisa di Download di
Untuk donasi seiklasnya silahkan W.A 087836085057

SKRIPSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ALQUR’AN DENGAN METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Al Qur’an sebagai kalam Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia itu memiliki keistimewaan terutama pada susunan bahasanya yang unik dan kandungan maknanya yang mendalam. Al Qur’an merupakan mukjizat yang diwahyukan   kepada   Nabi   Muhammad   SAW   membacanya   adalah  ibadah[1].Keutamaan mukjizat Al Qur’an bukan hanya ditujukan kepada bangsa arab, namun Al Qur’an dengan keutamaan mukjizatnya itu diperuntukkan kepada seluruh alam[2].
Maka dari itu mempelajari Al Qur’an merupakan kewajiban mutlak bagi setiap yang beragama Islam, sebab semua ajaran Islam bersumber pada Al Qur’an, bahkan Al Qur’an itu sendiri merupakan induk atau pusatnya segala ilmu pengetahuan, yang berisi tentang hukum-hukum dan aqidah. Firman Allah:
 إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ قُرۡءَٰنًا عَرَبِيّٗا لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ٢
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”[3]

Dan Al Qur’an sebagai tata kehidupan umat dan petunjuk bagi makhluk, ia merupakan tanda kebenaran Rasulullah SAW. Disamping merupakan  bukti yang jelas atas kenabian dan kerasulannya. Selain itu ia juga hujjah yang akan tetap tegak sampai pada hari kiamat[4].
Berkaitan dengan masalah tersebut, pendidikan agama Islam dan membaca  Al  Qur’an  di sekolah  mulai  di tingkat  dasar  tidak  kalah pentingnya, disamping siswa diharapkan menjadi anak yang berbudi pekerti baik, rajin beribadah dan kuat imannya, maka tidak ada suatu alas an melainkan anak harus ditekan untuk belajar membaca Al Qur’an. Apalagi menghadapi keluhan dari  pihak orang tua atau wali murid yang mengatakan, bahwa murid-murid tamatan sekolah dasar banyak yang belum dapat membaca dan menulis huruf Al Qur’an. Sehingga dengan penekanan belajar membaca Al Qur’an diharapkan murid-murid sekolah dasar dapat membaca dan menulis huruf Al Qur’an sebagai penghayatan terhadap sumber agama Islam, yaitu Al Qur’an.
Bagi murid-murid tamatan sekolah dasar yang akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama diharapkan sudah mampu membaca dan  menulis huruf Al Qur’an sehingga tidak menyulitkan bagi guru agama yang mengajar pada tingkat tersebut demikian pula pada tingkat selanjutnya[5]. Berdasarkan   kurikulum Sekolah Dasar (SD) tahun 1975 yang telah dibakukan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 17 Januari 1975 No. 008C/U/1975 dan Keputusan Menteri Agama tanggal 31 Oktober 1974 pada bidang studi pendidikan agama Islam terdapat tujuan instruktional umum antara lain ditetapkan bahwa murid lulusan sekolah dasar harus mampu membaca Al Qur’an dengan baik[6]. Namun kenyataannya tidak seperti yang kita harapkan ternyata pembelajaran membaca dan menulis huruf Al Qur’an tingkat sekolah dasar ini kurang menarik dan para siswa mengalami kesulitan, maka dengan demikian pembelajaran ini kurang berhasil.
Berdasarkan pengamatan yang ada di SDN II Tlogolele peneliti mengamati proses pembelajaran alqur’an yang ada, peneliti menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran masih ada kekurangan  dalam pengajaran membaca dan menulis huruf Al Qur’an, maslah tersebut peneliti selidiki di karenakan oleh faktor guru dalam menggunakan metode lama yang monoton dan kurang tepat. Hal diatas menjadi dorongan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian ini.
Dengan cara pengenalan dan pengamatan keseluruan (struktural) secara sepintas. Kemudian pengenalan dan pengamatan lebih jauh (analitik) sampai bagian-bagian kemudian pengenalan dan pengamatan mendalam (sintetik) sehingga dapat memahami.[7]



[1] Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya: Sejarah Al Qur’an, (Jakarta: Departemen Agama), 2005, hlm. 23

[2] Muhammad Ali Ash-Shabuni, Studi Ilmu Al Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia), 2000, hlm. 112

[3] Depag RI,Op.Cit,  hlm. 118

[4] Ibid, hlm. 13

[5] H.MT. Fatahudin, Pedoman Membaca dan Menulis Huruf Al Qur’an,(Jakarta: CV. Serajaya), 1981, hlm. 1

[6] Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam, Standar Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Departemen Agama RI), 1981, hlm. 4

H.MT Fatahudin, Op.Cit, hlm. 9
======================================================
Untuk download  Full Skripsinya Bisa di Download di
Untuk donasi seiklasnya silahkan W.A 087836085057

SKRIPSI PTK PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN AKHLAK PERILAKU PESERTA DIDIK MELALUI METODE CERITA DI ROUDLOTUL ATHFAL

Sepanjang perjalanan hidup manusia tidak akan terlepas dari apa yang disebut pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik  secara   aktif   mengembangkan   potensi   dirinya   untuk   memiliki  kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.  Dengan demikian, pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan hitam putihnya manusia, dan akhlak juga jadi standar kualitas manusia, artinya baik buruknya akhlak salah satu indikator berhasil tidaknya pendidikan. Dalam rangka menyelamatkan dan memperkokoh akidah islamiah anak, pendidikan anak harus dilengkapi dengan pendidikan akhlak yang memadai. 
Dalam al Qur'an sendiri banyak sekali ayat yang menyindir, memerintahkan atau menekankan pentingnya akhlak bagi setiap hamba Allah yang beriman. Maka dalam rangka mendidik akhlak kepada anak-anak, selain harus diberikan keteladanan yang tepat, juga harus ditunjukkan tentang bagaimana harus menghormati dan seterusnya. Karena pendidikan akhlak sangat penting sekali, bahkan Rasul sendiri diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak. Pendidikan akhlak dan budi pekerti sebagai salah satu aspek pendidikan Islam yang harus mendapat perhatian serius, akhlak merupakan salah satu ajaran yang terpenting, sebab dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan sosial, baik sesama manusia maupun dengan alam sekitar dan terlebih bagi dalam hubungannya dengan Allah Sang Pencipta. Semasa anak-anak jika jauh dari pendidikan akhlak, tidak diragukan lagi kalau anak tersebut akan tersesat dalam pergaulan. Untuk itu pendidikan akhlak harus mendapat perhatian serius. Dalam hal ini, orang tua, guru dan pendidik harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan anak atau peserta didik ke arah yang baik, supaya menjadi generasi yang berakhlakul karimah. Masa kanak-kanak dengan usia 3-6 tahun disebut dengan masa prasekolah merupakan masa bahagia dan amat memuaskan kreativitas, seperti bermain boneka, suka cerita, permainan drama, menyanyi, menggambar dan lain sebagainya. Sebagai pendidik baik orang tua maupun guru bertanggung jawab terhadap kesejahteraan jiwa anak. Kedua pendidik tersebut mempunyai wewenang mengarahkan perilaku anak dengan sebagaimana yang diinginkan. Orang tua bertanggung jawab untuk merangsang dan membina perkembangan intelektual anak serta membina pertumbuhan sikap dan nilai-nilai yang baik dalam pembinaan anak dan diharapkan ada saling pengertian dan kerja sama yang erat antara keduanya, dalam usaha mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan jiwa anak. Maka peranan sekolah terhadap pendidikan menjadi sangat penting mengingat ia merupakan pertengahan antara media masyarakat yang luas. Di lingkungan keluarga, seorang anak hanya bergaul dengan beberapa individu saja yang sifat-sifat jasmani atau karakteristik psikologi dan sosialnya mengalami perubahan yang cukup lambat. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak-anak. Orang tua harus mampu memberikan dukungan kepada anaknya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anaknya. Jika ditemukan anak-anak terhenti kreativitasnya,  maka  lebih  disebabkan  karena  ketidakwaspadaan  orang tua terhadap perkembangan psikologi anak.  Di sinilah pentingnya mengapa mendidik anak itu dimulai sejak dini, karena perkembangan jiwa anak telah mulai tumbuh sejak kecil, sesuai dengan fitrahnya. Dengan demikian maka fitrah manusia itu kita salurkan, kita bimbing dan kita juruskan kepada jalan yang seharusnya sesuai dengan arahnya. Oleh karena itu, pendidikan anak-anak selain diberikan di lingkungan keluarga,  juga  harus  diberikan  pendidikan  formal.  Salah  satu   pendidikan formal untuk anak-anak pra sekolah adalah Raudlatul Atfal (RA).  Perlu diketahui, bahwa pada pendidikan Taman Kanak-Kanak TK memiliki karakteristik-karakteristik tujuan yang akan dicapai, yaitu: mengembangkan jiwa eksploratif, membentuk dan mengembangkan jiwa kreatif serta membentuk dan mengembangkan jiwa kepribadian integral.  Namun tidak semudah itu untuk mewujudkan suatu keberhasilan dari pendidikan Agama Islam, kalau tidak ada kerjasama antara semua pihak terkait. Terutama bagi pendidik dalam menyampaikan materi agama hendaknya memperhatikan langkah-langkah yang harus di tempuh agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh anak didik, salah satu diantaranya  adalah penggunaan metode cerita. 
Metode cerita mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan  materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Metode kisah merupakan salah satu metode yang mashur dan terbaik, sebab kisah ini mampu menyentuh jiwa jika didasarkan oleh ketulusan hati yang mendalam.  Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan ternyata  mempunyai  daya  tarik  yang  menyentuh  perasaan. 
 Islam  menyadari  sifat  alamiah manusia untuk menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengekploitasi cerita tersebut untuk dijadikan salah satu metode pendidikan.
Dengan adanya permasalahan yang ada dalam upaya meningkatkan akhlak peserta didik di Roudlotul Athfal Perwanida II Tlogolele yang masih bersifat menegur tanpa memberikan contoh-contoh perilaku dengan metode cerita untuk mengalihkan perhatian peserta didik  peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Akhlak Perilaku Peserta Didik Melalui Metode Cerita di Roudlotul Athfal Perwanida II Tlogolele Kecamatan Selo Tahun Pelajaran 2015/2016.

==================
Untuk download  Full Skripsinya Bisa di Download di
Untuk donasi seiklasnya silahkan W.A 087836085057

SKRIPSI PENERAPAN METODE TILAWATI DALAM PELAJARAN BACA TULIS AL QUR’AN KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH

Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang suatu ilmu. Pendidikan juga mempermudah seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Dalam pelaksanaannya pendidikan bermula dari seorang pendidik yang mampu menjadikan suasana pendidikan komunikatif dan menyenangkan.sehingga proses pembelajaranpun dapat berjalan dengan lancar dan dapat hasil yang memuaskan. Al-Qur`an adalah kalamullah sebagai pedoman hidup manusia. Untuk dapat memahami ajarannya yaitu dengan cara dibaca, ditulis, dihafalkan, dipahami maknanya, dan dilaksanakan isinya.
Al-Qur`an diberi pengertian sebagai kalam Allah SWT yang  diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril, yang merupakan mukjizat, yang diriwayatkan secara  mutawatir  yang ditulis  di  mushaf dan  membacanya  dinilai  ibadah. [1]  Dalam
surat Al-Isra`ayat 106 telah diterangkan proses turunnya Al-Qur`an
وَقُرۡءَانٗا فَرَقۡنَٰهُ لِتَقۡرَأَهُۥ عَلَى ٱلنَّاسِ عَلَىٰ مُكۡثٖ وَنَزَّلۡنَٰهُ تَنزِيلٗا ١٠٦
“Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”.[2]


Dan Allah datangkan kepada manusia Al-Qur`an, yang Allah pisah- pisahkan, yakni Allah menurunkan Al-Qur`an itu secara terpisah-pisah dan berangsur-angsur pada malam lailatul Qadar di bulan Ramadhan selama 23 tahun, Sesuai dengan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan turunnya masing-masing ayat.
Adapun maksud diturunkannya Al-Qur`an secara berangsur-angsur, bagian   demi   bagian   adalah   agar   nabi   Muhammad   bisa   membaca dan
mengajarkannya pada umat manusia dengan perlahan dan hati-hati sehingga mudah untuk menghayatinya. Dengan demikian lebih membantu pemahaman maknanya.[3]
Mempelajari Al-Qur’an bagi setiap umat Islam merupakan suatu kewajiban. Langkah pertama untuk mempelajari Al-Qur’an adalah belajar membaca. Karena seseorang yang dapat membaca tulisan maka langkah selanjutnya seseorang dapat menulis, dan dengan membaca orang hafal dengan abjad huruf-huruf dasar. Membaca Al-Qur`an tidak lepas dari istilah Murotal  (membaca  dengan  irama  atau  lagu).[4]   Karena  menyangkut dengan
kecintaan dan penjiwaan bagi orang yang mentadabur Al-Qur`an dan juga merupakan sunnah Nabi, sebagaimana sabda beliau:
  زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ
Rasulullah SAW bersabda : “Hiasilah Al-Qur`an kalian dengan suara kalian.” (HR. Abu Dawud)[5]


Pada saat sekarang ini masih banyak metode membaca  Al-Qur`an yang cenderung konvensional, yaitu dengan nada lurus sehingga terkesan monoton yang berdampak pembelajaran kurang dapat diminati oleh siswa sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Mempelajari Al-Qur`an termasuk cara membacanya dengan baik dan benar tidaklah mudah seperti halnya membalik tangan. Selain harus mengenal huru-huruf hijaiyah  tentu juga dibutuhkan keterampilan sendiri agar dapat membaca Al-Qur`an secara tartil. Tartil artinya membaca Al-Qur`an dengan perlahan lahan dan tidak terburu-buru dengan bacaan baik dan benar sesuai dengan makhraj dan  sifat-sifatnya sebagaimana di jelaskan dalam ilmu tajwid.[6] Dari kata tartil inilah lahir istilah murotal yaitu pembacaan Al-Qur`an secara baik, benar dan lancar dengan irama standar.
Dasar membaca dalam Al-Qur`an sudah diterangkan bahwasannya membaca adalah langkah untuk memahami sesuatu.
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١  خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢  ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣  ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha mulia, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalamDia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”[7] (Q.S.Al-`Alaq: 1-5)[8]


Ayat di atas megungkapkan bahwasannya membaca adalah suatu langkah awal di mana seseorang mendapat ilmu pengetahuan dari pembacaan kemudian timbullah pemahaman sehingga terciptalah suatu ilmu pengetahuan. Belajar adalah salah satu upaya membentuk peradaban yang dicita-citakan oleh masyarakat muslim, maka pemahaman terhadap Al-Qur`an harus ditingkatkan agar tidak terjadi kesalahan dalam menangkap pesan yang terkandung di dalamnya.
Sebutan bacaan yang baik memiliki banyak aspek, selain etika dalam membaca Al-Qur`an, kata baik juga menyangkut sikap terhadap Al-Qur`an. Dalam membaca Al-Qur`an seorang muslim taksekedar memenuhi persyaratan seperti suci badan, pakaian dan tempat, akan tetapi juga menyucikan hati dan perasaan, agar saat membaca Al-Qur`an yang muncul di hati adalah perasaan cinta dan penuh kerinduan kepada sang pemilik Al- Qur`an.Pada dasarnya Al-Qur`an itu mudah dipelajari, tidak susah dan tidak berat, dengan syarat ada kemauan, keseriusan dan kesungguhan dalam mempelajarinya. Hal tersebut ditegaskan dalam surat Al-Qamar Ayat 17
 وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٖ ١٧
“Dan sesungguhnya kami telah mempermudah Al-Qur`an untuk menjadi pelajaran, maka adakah yang mengambil pelajaran?”[9]

Allah SWT mempermudah pemahaman Al-Qur`an antara lain dengan cara menurunkan sedikit demi sedikit, mengulang-ulangi uraiannya, memberikan serangkaian contoh dan perumpamaan menyangkut hal-hal yang Abstrak dengan sesuatu yang kasat indrawi melalui pemilihan bahasa yang paling kaya kosa katanya serta mudah di ucapkan dan dipahami, terasa   indah oleh kalbu yang mendengarnya, lagi sesuai dengan nalar fitrah manusia agar tidak timbul kerancuan dalam memahami pesannya.[10] Hal tersebut dapat diartikan bahwa membaca adalah suatu tindakan yang dapat  menghasilkan sutu pemahaman dari suatu ilmu. Meskipun hal tersebut termasuk hal yang
kasat di pandang mata atau abstrak. Banyaknya lembaga pendidikan yang mendidik dalam belajar Al- Qur`an, maka lembaga pendidikan (sekolah) yang bercirikan agama (Islam) tanggung jawabnya lebih besar. Selain anak didik harus cakap dalam ilmu pengetahuan umum juga harus cakap ilmu agama pula. Seperti anak yang  yang bersekolah di madrasah Ibtidaiyah (MI) dan yang di Sekolah Dasar (SD), masyarakat memandang bahwa idealnya anak yang bersekolah di MI lebih  bisa membaca huruf Arab dibanding anak SD. Karena di Madrasah Ibtidaiyah lebih banyak mempelajari ilmu Agama Islam. Pandangan seperti itu sudah menjadi satu beban bagi sekolah karena secara tidak langsung berarti anak yang sekolah di Madrasah Ibtidaiyah harus bisa membaca huruf Arab semua.
Seiring berkembangnya zaman maka banyak metode-metode yang diciptakan untuk menunjang keberhasilan peserta didik dalam membaca Al-Qur`an dengan ciri-ciri tertentu demi mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.
Lagu adalah karya sastra yang merupkan simbol dari ekspresi jiwa, perasaan, ide maupun gagasan yang mempunyai peranan penting bagi pendengarnya sebagai pemahaman, cara berhubungan, maupun cara penciptaan.Sebagian besar anak kecil cenderung untuk menyukai lagu-lagu (nyanyian) dan suara yang merdu, terutama jika menggunakan kata-kata yang mudah dihafal. Lagu-lagu (nyanyian) tersebut dapat diperoleh secara lisan dan melalui kaset. Adapun tema dari lagu-lagu tersebut adalah tema-tema yang dapat membantu dan memudahkan peserta didik dalam memperoleh pengetahuan. Seperti kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur`an seperti kisah- kisah tentang binatang dan para nabi, perbuatan-perbuatan  yang baik    seperti jujur, membaca Al-Qur`an dan ketulusan.[11]
Pada penelitian ini, penulis mengangkat satu metode yang telah berkembang pada abad ini, yaitu metode Tilawati. Metode Tilawati  merupakan metode balajar membaca Al-Qur`an yang menggunakan nada-nada tilawah dengan pendekatan yang seimbang antara pembiasaan melalui  klasikal  dan  kebenaran  membaca  melalui  individual  dengan  tehnik    baca simak,[12]  sehingga dalam  pembelajaran peserta didik dapat tuntas dan   khatamdalam membaca Al-Qur`an. Dengan penerapan lagu dalam bacaan Al-Qur`an siswa akan lebih senang dalam proses pembelajaran dan gemar membaca Al- Qur`an sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
Dalam pembahasan ini, penulis akan memaparkan lebih lanjut tentang metode tilawati sebagai alternatif pilihan dalam rangka untuk dapat membaca Al-Qur`an dengan pemilihan lokasi di Madrasah Ibtidaiyah Senet Selo Tahun Pelajaran 2015/2016.



[1] Ahmad  Syarifuddin,  Mendidik  Anak Membaca, Menulis,  Dan  Mencintai  Al-Qur`An, (Jakarta, Gema Insani, 2005), cet.11, hlm.15.

[2] Al Qur;an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Tahun 1999, Hal 460
[3] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi ,juz XV,(Semarang: P.T. Karya Thoha Putra, 1993), hlm.213

[4] M. Dzikron, Muri Q, hlm.5

[5] 4 Al Imam Abi Dawud, Sunan Abi Dawud Juz I, (Mesir : Al-Qahiroh, 2007), hlm. 295.
[6] Abdul Majid Khon, Praktikum Qiraat Keanehan Bacaan Al-Qur`An Qiraat Ashim Dari Hafash,(Jakarta : sinar grafika offset, 2008), cet.1, hlm.44

[7] Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, Al-Qur`an Terjemah Bahasa Indonesia, (Kudus, Menara Kudus, 2006), hlm.597.

[8] Ibid Hal 350
[9] Ibid Hal 230

[10] M.Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm.242-243
[11] Syaikh Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak, (Jakarta Arroya) hlm.144.

[12] Abdurrahim  Hasan,S.Ag   dkk,   Strategi   Pembelajaran   Al-Qur`An   Metode Tilawati (Surabaya: Pesantren Al-Qur`an Nurul Falah, 2010), hlm 4.

====================================

Untuk download  Full Skripsinya Bisa di Download di
UNDUH
Untuk donasi seiklasnya silahkan W.A 087836085057

SKRIPSI STUDI KORELASI ANTARA PENGAMALAN IBADAH SHALAT DENGAN AKHLAK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Pembangunan di indonesia adalah pembangunan seutuhnya. Hal ini berarti harus ada keseimbangan antara pembangunan material dan sepiritual. Dalam mencapai keseimbangan tersebut sudah tentu diperlukan adanya pembangunan di segala bidang, salah satunya yang sangat dibutuhkan yang sangat dibutuhkan adalah bidang keagamaan yang merupakan usaha pembinaan akhlak suatu bangsa, sebab akhlak merupakan faktor yang sangat penting yang ikut menentukan suatu keberhasilan suatu pembangunan.
Masalah pembangunan ibadah shalat merupakan masalah yang sangat penting, sebab menyangkut masa depan siswa, keperibadian siswa, keimanan serta ketaqwaan siswa terhadap Allah SWT. Lebih-lebih bagi mereka yang nantinya akan berkeluarga dan berperan penting dalam masyarakat. 
Seorang guru, khususnya yang mengajar di bidang islam, diharuskan untuk tidak condong, monoton dengan metode ceramah saja. Akan tetapi, seorang guru harus kreatif dan mampu menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan. Seorang guru juga harus aktif memberi contoh gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan shalat yang benar, sehingga mempertajam ingatan siswa yang selama ini mereka hanya menganggap remeh dan tidak tahu apa makna yang terkandung dari gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan yang ada dalam shalat tersebut. Dan akhirnya mereka melaksanakan shalat yang tidak ada nilainya.
Dalam islam ibadah dibagi menjadi 2 yaitu : ibadah mahdhoh dan ibadah ghoiru mahdhoh. Dalam materi ini lebih ditekankan  pada aspek ibadah shalat. Yang mana shalat dibagi menjadi 2 yaitu :shalat wajib dan shalat sunah. Ibadah shalat wajib adalah ibadah shalat yang apabila dikerjakan mandapat pahala dan apa bila ditinggalkan akan berdosa. Begitu juga sebaliknya ibadah shalat sunah merupakan ibadah tambahan yang mana apabila dilakukan mendapat pahala dan apa bila ditinggalkan tidak akan berdosa. 
Dari pengertian diatas tentang pengertian tentang ibadah shalat sunah dan wajib, sudah pasti kita tahu, mana yang kita kerjakan sebagai tambahan dan mana  yang harus kita kerjakan. Tetapi apa nyatanya sekarang? Masih banyak siswa yang meninggalkan shalat. Pelajaran agama islam yang suharusnyadijadikan acuan dan pedoman kita untuk memahami syariat dan hukum isalm, hanya dijadikan sebagai bacaan saja sewaktu proses pembelajaran terlaksana.
Seseorang melaksanakan shalat secara ikhlas dan khusuk karena Allah dapat membentuk pribadi yang mempunyai akhlak baik. Sebaliknya orang yang kurang khusuk dalam menjalankan shalat akhlaknya rendah.
Padahal dalam agama islam ajaran akhlak merupakan nilai-nilai yang hakiki dan sangat mendasar yang tumbuh secara langsung dari rasa iman kepada Allah. Kaidah-kaidah moralitas yang diajarkan dalam agama islam yang meliputi seluruh aspek.  Kehidupan manusia adalah merupakan suatu bukti ketinggian islam. Seperti kita ketahui dalam ajaran agama islam tidak ada satupun yang terlepas dari lingkup akhlak. Perasaan tungkah laku aktivitas manusia umumnya harus sesuai dalam akhlak islaminya. 
Sehubung dengan adanya aktivitas fenomena yang terjadi dikalangan siswa SD N II Klakah secara umum penulis melihat adanya aktivitas  seperti : menjalankan shalat fardhu berjamaah, gerakan-gerakan shalat yang baik sesuai rukunnya dan lain sebagainya.
Kemudian dalam perbuatan atau tingkah laku sehari-hari siswa SD N II Klakah baik dan sopan, rendah hati, ramah, jujur, dan adil dalam bergaul. 
Oleh karena itu penulis ingin membuktikan apakah akhlak itu ada kaitanya dengan pengalaman ibadah shalat.
=========================
Untuk Download File Lengkapnya DI :
UNDUH
* untuk donasi seiklasnya silahkan W.A 087836085057