NILAI-NILAI EDUKATIF TATA RIAS BUSANA BASAHAN DALAM UPACARA PERNIKAHAN ADAT SURAKARTA
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan yang beraneka ragam yang tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan yang dimiliki masyarakat Indonesia tersebut bukan hanya berupa kekayaan sumber alam saja, tetapi masyarakat Indonesia juga memiliki kekayaan lain seperti kekayaan akan kebudayaan suku bangsa Indonesia yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.
Salah satu kekayaan kebudayaan Jawa adalah upacara pernikahan adat Jawa. Adat istiadat pernikahan Jawa ini merupakan salah satu tradisi yang bersumber dari Kraton. Adat istiadat ini mengandung nilai-nilai luhur yang mencerminkan luhurnya budaya orang Jawa. Luhurnya budaya tersebut tercermin dari busana pengantin yang dikenakan pada saat upacara pernikahan serta tata riasnya yang mengandung nilai edukatif.
Pernikahan merupakan salah satu peristiwa besar yang sngat penting dan sakral dalam sejarah kehidupan manusia. Oleh karena itu peristiwa sakral tersebut tidak akan dilewatkan begitu saja seperti mereka melewati kehidupan sehari-hari.
Peristiwa pernikahan dilaksanakan dengan berbagai serangkaian upacara didalamnya mengandumg nilai budaya yang luhur dan suci. Setiap orang menyelenggarakan upacara tidak akan merasa ragu-ragu untuk mengorbankan tenaga, pikiran, waktu serta biaya yang besar untuk kelancaran terselenggaranya pernikahan tersebut.
Di Indonesia terdapat bermacam-macam upacara pernikahan adat yang diwariskan nenek moyang secara turun temurun, dari generasi satu ke generasi berikutmya. Setiap suku daerah yang ada di Indonesia masing-masing mempunyai upacara adat pernikahan yang berbeda-beda. Masing-masing adat pernikahan tersebut memliki keagungan, keindahan, dan keunikan tersendiri. Di daerah Jawa memiliki dua macam gaya upacara pernikahan, yaitu upacara pernikahan gaya Yogja dan upacara pernikahan gaya Surakarta atau Solo. Kedua gaya tersebut terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam busana dan tata riasnya.
Tata rias berasal dari kata “tata” yang berarti menata dan “rias” yang berarti memperindah (Sugenkurniawan http://wikipedia.or.tata _rias.html.com). Disini tata rias berarti memperindah tampilan seseoramg sesuai dengan adat astiadat yang berlaku di wilayah tersebut.
Budaya Jawa dalam era sekarang menghadapi berbagai gejolak akibat perkembangan kebudayaan yang baru. Budaya Jawa banyak dihadapkan pada bermacam-macam kebudayaan yang muncul seiring perkembangan teknologi dan informasi.Namun, sebagian masyarakat Jawa masih memakai tata rias adat Jawa dalam acara pernikahan karena simbol-simbol yang ada dalam busana dan tata rias dalam pernikahan memliki banyak nilai-nilai edukatif yang dapat diambil maknanya.
Berdasarkan pengamatan situasi dan kondisi diatas tersebut, penulis tertarik untuk meneliti “NILAI-NILAI EDUKATIF TATA RIAS BUSANA BASAHAN DALAM UPACARA PERNIKAHAN ADAT SURAKARTA”.
Nilai-Nilai Edukatif Dalam Tata Rias Busana Basahan Surakarta
Banyak nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam setiap busana basahan surakarta yang umumnya menyangkut tentang nilai-nilai luhur dalam kehidupan rumah tangga hal ini yang menjadi dasar dari penelitian yang akan dipaparkan sesuai dengan pemahaman penulis serta dari hasil wawancara. Dan di uji relevansinnya dalam kehidupan masyarakat Jawa yang masih berlaku hingga saat ini. Nilai edukatif dalam tata rias busana basahan Surakarta pada khususnya adalah sebagai berikut.
a. Tata Rias Basahan Wanita
1. Cundhuk mentul
Cundhuk mentul yang berarti tunduk maksudnya mematuhi segala perintah suami, selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan kaidah norma masyarakat yang berlaku. Sedangkan kata mentul diambil dari perilaku orang Jawa yang mengangguk pada suatu hal. Selain itu cunduk mentul adalah simbolik dari kecocokan istri yang mau dijodohkan atau diperistri oleh seorang laki-laki.
cundhuk terdiri dari 9 macam tumbuhan dan hewan maksudnya wanita agar bisa menjaga sembilan lubang yang ada ditubuh manusia sebagai salah satu jalan nafsu dunia diantaranya adalah dua lubang telinga, dua lubang mata, dua lubang hidung, mulut, lubang kemaluan serta lubang dubur dan disebut “babahan hawa sanga”. Babahan hawa sanga menggambarkan betapa sempurnanya cipataan tuhan yang saling melengkapi dimana mempunyai fingsi masing-masing.
Cundhuk mentul ada yang berbentuk kupu-kupu nilainnya yang dapat diambil ialah bahwa seorang istri harus mampu tampil cantik dan bisa membuat hati suami selalu senang. Bunga matahari menggambarkan kecerahan, seorang istri harus mampu membuat keluarga terutama suami senang, dapat memberi semangat dan solutif dalam memecahkan masalah. Kidang atau kancil menggambarkan kelincahan, seorang istri harus mampu berdikari dan mandiri walaupun dalam keadaan apapun ternasuk ketika ditinggal suami pergi. Gajah adalah hewan yang besar dan kuat, dalan cundhuk mentul menggambarkan keagungan, dalam hal ini seorang istri harus mampu menjaga nama baik suami dan keluarganya di dalam masyarakat.
Cundhuk mentul menghadap kebelakang maksudnya selain dilihat dari segi estetisnya yaitu pengantin yang memakai busana basahan apabila dilihat dari depan bagus dari belakang juga bagus. Cunduk mentul yang menhadap ke belakang menggambarkan bahwa setelah hidup rumah tangga, kedua mempelai harus selau eling, dan waspada akan hari-hari yang akan dilalui guna menjalani bahtera rumah tangga sehingga sanpai pada kaki dan nini-nini.
2. Cundhuk Jungkat
Cundhuk Jungkat memiliki nilai edukatif gambaran dari keperawanan, sehingga apabila pengantin wanita menggunakan busana basahan dengan cunduk jungkat di kepalanya, maka pengantin tersebut masih perawan (bukan janda ataupun sudah mempunyai suami).
Cundhuk jungkat juga mempunyai makna rapi atau tertata. Pengantin wanita diharapkan mampu menata rumah tangganya sehingga tercipta keluarga sakinah, mawadah warohmah.
3. Centhung
Centhung adalah simbol dari cahaya. Dengan memakai centhung ini diharapkan pengantin akan lebih bahagia dalam menjalankan perintah tuhan, yaitu berumah tangga.
4. Paes warna ijo
Nilai edukatif paes pada riasan busana basahan adaah perlambang masuknya pengantin wanita ke dalam dunia baru. Nilai edukatif dari paes gajahan adalah mengingatkan bahwa hidup di dunia jangan adigang, adigung, adiguna
5. Alis menjangan ranggah
Nilai edukatif dari alis menjangan ranggah adalah mengolah pandangan.dalam hal ini cermat terhadap suatu penilaian, baik itu baik maupun buruk.
6. Semyok
Nilai edukatif dari semyok adalah keagungan atau martabat serta kewibawaan, dalam hal ini semyok diyakini bukan burung garuda biasa, tetapi burung dewata yang datang dari nirwana. Hal ini sesuai dengan kosmologi Jawa kuna yang menyebutkan burung adalah dunia atas, pohon adalah dunia tengah dan ular adalah dunia bawah.
7. Sanggul bokorr mengkurep
Nilai dari sanggul bokor mengkurep adalah tanggung jawab, bahwa setiap manusia mempunyai tanggung jawab terhadap kewajibannya, keluarga dan lingkungannya.
8. Melati tiba ndhadha
Nilai dari melati tiba ndhadha adalah kelestarian rumah tangga, karena dasar dari perkawinan tersebut adalah cinta. Melati tiba ndhadha atau bunga melati yang jatuh pada dada pengantin, sedangkan dada adalah tempat bersemayamnya hati.
9. Kalung karset
Nilai dari kalung karset wulan tumanggal adalah perjalanan waktu.dimana kita memulai hidup baru bersama pasangan dengan satu cita-cita guna mencapai tujuan, dan kapan kita mengakhiri perjalanan hidup dengan apa yang sudah kita peroleh.
10.Kain cindhe
Nilai edukatif dari kain cindhe yamg bermotif cakar adalah bahwa keluarga ini diharapkan mampu mencari rejeki banyak dan halal seperti ayam.
11. Kain kampuh
Nilai dari kampuh adalah hakiki atau makna yang paling mendasar yamg artinya keluarga pengantin ini akan menjadi keluarga inti yang selanjutnya akan menurunkan keturunan.
12. Slepe dan udhet
Sebagai bahwa pengantin kini tidak hidup sendirian lagi tetapi telah ada pendamping yang mengikat kebebasan masa remajanya.
13. Buntal
Nilai edukatif dari buntal adalah tanggung jawab seorang suami terhadap keluarganya agar tercipta keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah dan mampu mengayomi keluarganya.
14. Centhok
Nilai dari cenhtok adalah kantung atau tabungan, bahwa dari seorang istri harus mampu mengolah dan membagi penghasilan yang diberikan seorang suami dengan hal-hal yang bermanfaat.
15. Klembrehan
Nilai edukatif dari klembrehan adalah seorang wanita bisa bersikap lebih baik lagi dalam menjalani rumah tangga dengan meninggalkan sifat buruknya.
b. Tata Rias Basahan Pria
1. Kuluk Mathak
Nilai edukatif dari kuluk mathak adalah tanggung jawab. yaitu tanggung jawab seorang suami sebagai kepala keluarga.
2. Sumping
Nilai edukatif dari sumping adalah seorang suami harus pandai menyaring informasi yang diterimanya dengan baik demi ketentraman keluarganya.
3. Kalung karset
Nilai edukatif dari kalung ini adalah kemantapan yaitu pengantin pria sudah mantap atau yakin dengan wanita pilihannya.
4. Keris ladrang
Nilai edukatif dari keris ladrang adalah seperti wulan tumangga yaitu mampu melindungi dan mengayomi.
5. Kembang kolong keris
Nilai edukatif seorang suami walaupun mampu melindungi haruslah tetap mengutamakan keluhuran budi.
6. Epek bara
Kata “bara” berasal dari kata” mengembara” yang berarti pergi jauh. Dalam hal ini adalah pengantin pria mampu memberi rejeki lahir dan batin kepada isterinya, walaupun keadaan jauh maupun dekat.
7. Kunca
Nilai edukatif dari kunca adalah menahan godaan yaitu menahan diri dan menghindari sesuatu yang buruk, yang dapat menghancurkan biduk rumah tangga yang baru dibangun.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat ditemukan bahwa.
1. Jenis tata rias busana basahan wanita berupa cundhuk mentul, cundhuk jungkat, centhung, paes warna ijo, alis menjangan ranggah, semyok, sanggul bokor mengkurep, melati tiba ndhadha, kalung karset wulann tumanggal, kain cindhe, kain kampuh, udhet, slepe, buntal, centhok, dan klembrehan. Sedangkan tata rias busana basahan pria yaitu kukuk mathak, sumping, kalung karset, keris ladrang, kembang kolong keris, epek bara dan kunca.
2. Nilai-nilai edukatif dalam tata rias busana basahan adalah sebagai berikut :
a. Seorang wanita jika sudah menikah harus mematuhi semua perintah suami,senantiasa bertutur kata manis, melakukan pekerjaan dengan ikhlas dan terbaik, mampu menata rumah tangganya saehingga tercipta keluarga yang tentram dan seorang wanita menunjukkan kesucian atau kesakralan baik sebagai putri maupun kesucian niat dalam menjalani hidup yang sakral yang membawa nama harum yang berguna bagi masyarakat.
b. Seorang suami mampu memberi nafkah lahir maupun batin dengan baik kepada isterinya, menjadi pribadi yang bertanggung jawab untuk isteri dan keluarganya serta mampu mengayomi atau mampu melindungi isterinya dari bahaya dan mampu memimpin rumah tangganya serta bertanggung jawab kepada Allah Yang Maha Esa.
c. Manusia harus berserah diri kepada kehendak Tuhan akan perjalanan manusia yang akan datang dan berusaha mencapai kehidupan yang makmur.
B. Implikasi
Impliasi dari hasil penelitian ini sebagai berikut.
1. Diperlukannya pelestarian terhadap budaya yaitu busana basahan dan tata riasnya karena mempunyai nilai-nilai edukatif yang luhur.
2. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan guru Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah.
C. Saran-saran
Saran yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut.
1. Hendaknya busana basahan sebagai salah satu budaya Jawa tetap dilestarikan.
2. Hendaknya masyarakat tidak hanya mengerti tentang busana basahan tetapi juga mampu mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang ternyata mempunyai nilai filosofi tinggi.
3. Hendaknya para pendidik dapat memberikan pemaparan tentang nilai edukatif dalam budaya Jawa kepada anak didiknya dengan jelas dan tepat.
*** dan mohon mempergunakan dengan semestinnya bila ada kekurangan silahkan berkomentar...http://syukronituaku.blogspot.sg/2015/03/niilai-nilai-edukatif-adat-pernikahan.html