BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tindak komunikasi merupakan
aktivitas yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari dari manusia sebagai
makhluk sosial. Setiap saat manusia melakukan komunikasi dengan orang lain
melalui berbagai cara. Dalam bergaul dan berinteraksi manusia mengalami proses
komunikasi yang tidak selalu dilakukan secara sadar. Oleh karena itu, kemampuan
berkomunikasi harus senantiasa dilatih agar manusia dapat merasakan manfaat
dari hasil komunikasi itu sendiri.
Bahasa sebagai alat komunikasi
merupakan komponen utama untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan untuk berkomunikasi
dengan baik. Hendrakus (1991 : 17) menyatakan bahwa didalam masyarakat umumnya
dicari para pemimpin atau orang-orang yang berpengaruh yang memiliki
kepribadian didalam hal berbicara. Juga dibidang-bidang lain seperti perindutrian,
perekonomian, dan bidang social, kepandaian berbicara atau keterampilan
mempergunakan bahasa secara efektif sangat diandalkan.
Keterampilan berbahasa disekolah
dilakukan sesuai dengan hakikat bahasa sebagai suatu sistem yang
kebermaknaannya dalam berkomunikasi bersifat menyeluruh sehingga kegiatan
belajar mengajar akan sesuai fungsi dan konteks serta dapat mengkondisikan
siswa agar menggunakan bahasa untuk belajar.
Pada hakikatnya belajar bahasa
adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Jawa diarahkan
untuk meningkatkan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Jawa dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesusastraan manusia Jawa.
Siswa akan mampu berkomunikasi dengan
baik jika mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Ada 4 keterampilan yang
diajarkan pada mata pelajaran bahasa Jawa, yaitu: keterampilan mendengarkan
atau menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara bersifat produktif, sedangkan
keterampilan berbicara dan menulis bersifat reseptif. Dalam pelaksanaannya
keterampilan berbicara termasuk sulit diajarkan karena menuntut kesiapan,
mental, dan keberanian siswa untuk tampil didepan orang lain.
Seiring dengan semakin seringnya
digunakan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di sekolah, sekarang
ketrampilan berbicara bahasa Jawa siswa SMA kelas X sekarang mengalami
penurunan. Oleh karena itu ketrampilan berbicara bahasa Jawa siswa SMA kelas
X harus segera ditingkatkan kembali agar bahasa Jawa tetap bisa dan tetap
digunakan sebagai bahasa ibu di kalangan para siswa itu sendiri.
Salah satu media yang dapa dipilih
untuk meningkakan kemampuan berbicara bahasa jawa adalah dengan cara mengadakan
diskusi. Media diskusi pada dasarnya suatu bentuk tukar pikiran yang teratur
dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar, dengan
tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama
mengenai suatu masalah. Dalam arti luas diskusi berarti memberikan jawaban atas
pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif. Dalam proses
ini orang mengemukakan titik tolak.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang dapat diidentifikasikan adalah:
- Kesulitan-kesulitan guru untuk mengajarkan ketrampilan berbicara dalam Bahasa Jawa.
- Kesulitan-kesulitan siswa saaat belajar berbicara bahasa Jawa berlangsung.
- Upaya guru untuk mengatasi kesuitan belajar berbicara bahasa Jawa.
- Kesulitan pemanfaatan media sebagai alternatife untuk meningkatkan kosakata siswa.
C.
Pembatasan Masalah
Untuk
menghindari meluasnya permasalahan maka penulis membatasi permasalahan pada :”
Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa Melalui Metode Diskusi Kelas X SMK
1 SELO”
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
batasan masalah maka penulis merumuskan masalah :
- Adakah peningkatan kemampuan berbicara bahasa Jawa melalui metode diskusi kelas SMK 1 SELO ?
- Seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam menggunakan bahasa Jawa?
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jawa
melalui metode diskusi siswa kelas X SMK 1 SELO.
F.
Manfaat Penelitian
Mengingat
pentingnya penelitian ini dalam berbgai faktor, maka manfaat penelitian iini
ditijau dari dua segi, yaitu
- Secara Teoritis
- Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan khususnya tentang penggunaan metode diskusi sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas X SMK.
- Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori pembelajaran bahasa Jawa kelas X SMK guna meningkatkan berbicara siswa di SMA.
- Secara Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini
dapat menjadi masukan dan metode bagi guru guna mengembangkan pembelajaran
berbicara kelas X SMK melalui metode diskusi, kemudian dapat menjadi
alternative cara belajar berbicara yang efektif dan tepat bagi siswa, serta
dapat menjadi sumbangan ide untuk memperbaiki sistem pembelajaran berbicara
yang lebih baik bagi sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan
mengungkapan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagsan serta perasaan (Tarigan, 1981:15).
Kemapuan berbicara merupakan kemampuan mengungkapkan gagasan, isi hati dalam
suatu forum yanh dalam hal ini berlandaskan pada metode diskusi. Memiliki
kemampuan berbicara akan sangat membantu kemampuan berbicara secara individual.
Dengan berbicara seseorang berusaha
unuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan.Tanpa
usaha untuk mengungkapkan dirinya, orang lain tidak akan mengetahui apa yang
dipikirkan dan dirasakannya. Tanpa bicara orang akan tidak dapat saling
berinteraksi dengan sesamannya dan akan terkucilkan dari lingkungannya.
Untuk berkomunikasi dengan sesamanya
manusia lebih sering menggunakan bahasa lisan dari pada bahasa tulis. Bahasa
lisan dapat mewakili sifat dan perasaan yang sedang dirasakannya. Oleh karena
itu bicara menjadi salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia.
B.
Pengertian Diskusi
Diskusi berasal dari bahasa latin
yaitu discuties atau discution yang artinya bertukar pikiran. Diskusi pada
dasarnya suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam
kelompok kecil maupun dalam kelompok besar, dengan tujuan untuk mendapatkan
suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah
(Tarigan, 1997:7,13). Sejalan dengan hal itu Hendrikus (1991:96) mengemukakan
bahwa diskusi berasal dari bahasa latin discutere yang berarti membeberkan
masalah. Dalam arti luas diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan
atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif.
Dari uraian tersebut dapat diketahui
bahwa diskusi mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah yang melibatkan orang
banyak yang pada akhir diskusi pendengar diharapkan mempunyai pandangan dan
hasil pemikiran bersama tentang sebuah masalah yang menjadi pokok diskusi
tersebut.
C.
Pembelajaran Bahasa Jawa Melalui Metode Diskusi.
Seiring dengan semakin seringnya
digunakan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di sekolah, sekarang
ketrampilan berbicara bahasa Jawa siswa SMA kelas X sekarang mengalami penurunan.
Oleh karena itu ketrampilan berbicara bahasa Jawa siswa SMA kelas X harus
segera ditingkatkan kembali agar bahasa Jawa tetap bisa dan tetap digunakan
sebagai bahasa ibu di kalangan para siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran
bahasa Jawa metode diskusi dapat dijadikan pilihan, khususnya untuk
pembelajaran ketrampilan berbicara.
Dalam pembelajaran bahasa Jawa
dengan metode diskusi dapat dimulai dengan memilih topik yang dapat memuat
banyak pembicaraan yang mencakup banyak kosa kata bahasa Jawa. Guru
mempersiapkan tema diskusi yang sedang banyak dibicarakan oleh siswa. Kemudian
Siswa dibagi kedalam kelompok kemudian dipersiapkan untuk berdiskusi
menggunakan bahasa Jawa. Metode ini dimaksudkan agar siswa dapat menambah
pengetahuan kosa kata bahasa Jawa yang dimilikinya, sehingga akan meningkat
pula kemamuan berbicara bahasa Jawanya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Penelitian
yang
dilakukan
merupakan penelitian
tindakan
kelas
dalam upaya
meningkatkan
kemampuan
berbahasa melalui diskusi. Pendekatan
yang
digunakan dalam
penelitian ini
adalah
adalah
pendekatan
deskriptif. Apabila datanya
telah terkumpul lalu diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau
simbol.
data kualitatif yang berbentuk kata-kata tersebut disisihkan
untuk
sementara, karena akan sangat berguna untuk menyertai dan melengkapi
gambaran yang diperoleh dari analisis data kuantitatif (Arikunto, 2006). Sehingga
dalam penelitian ini
diperlukan dulu
data kuantitatif
yang
berbentuk
angka, setelah itu baru diperjelas dengan kata-kata.
B.
Sumber Data Penelitian
Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMK 1 SELO dengan jumlah 40 siswa.
C.
Teknik Pengumulan Data
Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik evaluasi.
Menurut Arikunto (1995:23), secara garis besar penelitian pendidikan dapat
digolongkan mencadi dua macam, yaitu test dan non test. Non test meliputi skala
bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara dan riwayat hidup. Dari berbagai
teknik penelitian tersebut penelitian ini akan menggunakan alat evaluasi
sebagai berikut:
1.Pengamatan
Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Hal tersebut untuk
mengawasi peningkatan kemampuan berbicara bahasa jawa selama kegiatan belajar
mengajar di kelas. Dalam melakukan pengamata dibantu oleh kolaborator, dalam
hal ini guru bahasa Jawa dan guru pengampu matapelajaran bahasa jawa.
2.Test
Menurut suharsini (1996:138), test merupakan serentetan
perntayaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.
Test tersebut berupa test praktek sesorah menggunakan bahasa
jawa dilakukan dengan cara setiap siswa maju ke depan kelas untuk membaca
sesorah. Test tersebut berupa pre tes dan post test. Pre test dilakukan sebelum
penelitian dilakukan. Pre test digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
D.
Instrumen Penelitian
Menurut
Suharsini (1996:150), instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga
lebih mudah diolah.
Ada
aspek pokok yang dijadikan criteria penilaian, yaitu pemilihan kata, intonasi,
pelafalan, unggah-ungguh, dan kelancaran.
Table
1. Skor Penilaian
No
|
Aspek penilaian
|
Bobot skor
|
Skor Kategori
|
||
baik
|
cukup
|
kurang
|
|||
1.
2.
3.
4.
5.
|
Pilihan kata
Intonasi
Pelafalan
Unggah-Ungguh
Kelancaran
|
3
2
2
2
1
|
3
3
3
3
3
|
2
2
2
2
2
|
1
1
1
1
1
|
Jumlah
|
10
|
E. Rancangan
Penelitian
Siklus dalam penelitian ini terdiri dari beberapa langkah dengan ketentuan
sebagai berikut :
Bagan 1.
Siklus
dalam Penelitian Tindakan Kelas
a.
Perencanaan
Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun, dan dari segi definisi mengarah pada
tindakan. Rencana
bersifat
fleksibel
karena
tindakan
sosial
dalam batas tertentu tidak dapat diramalkan. Rencana
disusun berdasarkan hasil pengamatan awal yang reflektif.
b. Tindakan
Tindakan pertama yang dilakukan peneliti adalah menerangkan
penggunaan kalimat
sederhana dalam suatu pertemuan
(pambagyoharja). Setelah itu siswa diberi penjelasan, tentang kalimat-kalimat sulit, memahami materi yang
ada dalam
pambgyoharja,
tanya jawab materi yang diberikan, siswa disuruh mengerjakan soal latihan yang
diberikan oleh
guru.
Demikian
seterusnya sampai pembelajaran dengan
pmabyaharja selesai dan membentuk kemandirian belajar siswa.
c. Monitoring atau Pengawasan
Pengawasan dilakukan selama tindakan
berlangsung. Observer (peneliti) menggunakan instrumen
antara
lain
lembar observasi
yang
dilengkapi dengan catatan lapangan. Aktivitas siswa menjadi fokus utama pengamatan. Hasil observasi
digunakan sebagai
data
yang bersifat
kualitatif untuk menilai keberhasilan penelitian secara proses.
d. Evaluasi dan Refleksi
Evaluasi dan refleksi dilakukan
denga cara mengumpulkan semua catatan
dan
data yang diperlukan selama pembelajaran. Kemudian semua catatan dan data tersebut dianalisis dan hasilnya didiskusikan dengan guru untuk
mengetahui kebenaran data tersebut. Selain itu hasil refleksi dan evaluasi tersebut juga unutk mengetahui kekurangan-kekurangan yang masih terjsdi selama
pembelajaran. Dengan
demikian peneliti dan
guru
menentukan tindakan ulang untuk
memperbaiki kekurangan tersebut. Tindakan ulang
tersebut
berupa siklus-siklus lanjutan
dari siklus I. Kemudian
diadakan refleksi dari data yang diperoleh dari lembar observasi untuk mengetahui tingkat kemandirian dan prestasi belajar dari tindakan yang telah dilakukan. Siklus diberhentikan bila proses pembelajaran sudah mencapai target kemandirian
dan prestasi yang diinginkan.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara
deskriptif, yaitu
mengklasifikasikan data menjadi dua kelo mpok yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif dinyatakan dalam bentuk kata-kata
atau simbol sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk
angka (Suharsimi, 2006).
Data kualitatif di dapat dengan cara reduksi data yaitu proses penyerdehanaan yang dilakukan melalui seleksi data, pemfokusan dan
pengabstrakan data
mentah menjadi
informasi
yang
bermakna.
Paparan data
adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang terorganisir dalam bentuk
pernyataan kalimat formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas. Dalam melakukan analisis data, semua catatan dijadikan landasan berpijak. Isi catatan diperoleh dari hasil observasi.
serta tes hasil pengamatan dan catatan
lapangan
menggambarkan peningkatan proses pembelajaran sebelum diberi
tindakan dan sesudah diberi tindakan. Sedangkan tes menghsilkan data berwujud
nilai.
Sedangkan data
kuantitatif didapat
dari hasil prestasi
siswa
dan
angket
respon siswa. Dalam menganalisis data
yang berasal dari angket bergradasi atau
berperingkat 1 sampai
dengan 4, peneliti
menyimpulkan makna
stiap alternatif sebagai berikut (Arikunto, 2006).
1. Sangat setuju (SS) menandakan gradasi paling tinggi di beri nilai 4.
2. Setuju (S) menunjukan peringkat
lebih rendah
dibandingkan sangat
setuju. Oleh karena itu kondisi tersebut diberi nilai 3.
3. Kurang setuju (KS), karena berada di bawah setuju di beri nilai 2.
4. Tidak setuju (TS) berada pada di gradasi paling bawah, diberi nilai 1.
Persentase keberhasilan : (4 x SS) + (3 x S) + (2 x KS) + TS X 100%
(4 x nilai SS) x Jumlah siswa
Adapun penggolongan
persentase secara
kolaboratif data
kemandirian
siswa yang menyangkut motivasi, inisiatif dan kreatif, kedisiplinan dan tanggung jawab siswa selama pembelajaran adalah :
81%-100% : sangat mandiri
61%-80% : mandiri
41%-60% : cukup mandiri
21%-40% : kurang mandiri
0%-20% : sangat kurang mandiri
G. Validitas
dan Reliabilitas
. a.
Validitas
Penelitian
Adapun validitas yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah
validitas demokratik , proses, dan dialogik.
1) Validitas
Demokratik
Validitas demokratik dilakukan dalam rangka identifikasi masalah,
penentuan fokus masalah, perencanaan tindakan yang relevan, dan hal-
hal
lain
yang
berkaitan dengan
penelitian
dari awal
hingga akhir penelitian. Semua
subjek yang terkait
meliputi guru, kolaborator, dan
siswa.
2) Validitas
Proses
Validitas proses pada
penelitian ini
dicapai
dengan cara
peneliti
dan kolaborator
secara
intensif berkolaborasi
dalam semua kegiatan yang terkait
dengan proses penelitian.
Pada penelitian ini
tindakan
dilakukan
oleh guru sebagai
praktisi
tindakan
di
kelas dan peneliti sebagai participant observer yang selalu berada di kelas dan mengikuti proses pembelajaran.
3) Validitas
Dialogik
Berdasarkan data awal penelitian dan masukan yang ada, selanjutnya peneliti mengklarifikasikan,
mendiskusikan, menganalisis data tersebut dengan guru bahasa Jawa untuk memperoleh
kesepakatan. Penentuan bentuk tindakan pada penelitian ini dilakukan
bersama antara peneliti dan guru bahasa Jawa SMK
1 SELO.
Dialog
atau
diskusi
dilakukan
untuk menyepakati bentuk tindakan
yang
sesuai
sebagai
alternatif pemecahan permasalahan dalam penelitian ini.
b. Reliabilitas
Tingkat reabilitas
dalam penelitian tindakan ini
didasarkan pada
kontekstual atau situasional. Untuk mengetahui sejauh
mana tingkat
reliabilitas penelitian, peneliti menyajikan
data asli yang
sesuai
dengan pengamatan lapangan. Data tersebut seperti observasi, wawancara, angket, nilai
dan
catatan lapangan. Reliabilitas data
dilakukan
dengan diskusi
teman
sejawat untuk
mengkritisi
semua
hasil
yang
diperoleh dengan tujuan meminimalkan subjektifitas.
H. Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus
sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan
sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam
daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi,
tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan
daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis
ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar
akademik, 2. tahun penerbitan 3. judul, termasuk subjudul 4. kota tempat
penerbitan, dan 5. nama penerbit.
Daftar Pustaka
Nana
Soidah Sukmadinata “Metode Penelitian Pendidikan” Bandung. Remaja Rosda
Karya. 2007.
Sugiyono “ Metode Penelitian
Pendidikan :kuantitatif” Bandung. Alfabeta. 2006.
Margono S “Metodologi Penelitian
Pendidikan” Jakarta. Rineka Cipta. 2003
Hadjar Ibnu “Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Kuantitatif dalam pendidikan” Jakarta. PT.Raja Grafindo
Persaja.1999.
http//www.wikipedia_ensiklopediabebas.com
http//www.syukronituaku.blogspot.com